MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERKALIAN
CARA SUSUN PADA SISWA KELAS IV SDN SUKAMULYA II
DENGAN METODE DEMONTRASI
DAN
UPAYA MEMOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN KEPAHLAWANAN DAN PATRIOTISME
TOKOH-
TOKOH DI LINGKUNGAN ANAK MELALUI
PEMBERIAN PENGUATAN VERBAL
DAN NON VERBAL
Diajukan untuk memenuhi salah sarat sertifikasi
guru dalam jabatan
Disusun Oleh :
Nama
|
:
|
|
NIM
|
:
|
|
Pokjar
|
:
|
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDUNG
2009
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Meningkatkan
Kemampuan Memahami Perkalian Cara Susun Pada Siswa Kelas IV SDN Sukamulya
II Dengan Metode Demontrasi
dan
Upaya
Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran Kepahlawanan dan Patriotisme Tokoh - Tokoh
di Lingkungan Anak Melalui Pemberian
Penguatan Verbal dan Non Verbal
Nama Mahasiswa : Suryani
NIM : 814886923
Program Studi : PGSD S1
Pokjar : Garut
Tempat Penelitian : SDN Sukamulya II Kab.
Garut
Garut, Agustus 2009
|
|
Menyetujui,
Kepala Sekolah
Drs. H. Kaerudin Kurniawan, M.Pd.
NIP. 1966 0108 1990 021001
|
Peneliti
Yeti Hadiati, S.Pd.I
NIM. 814886923
|
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah S.W.T karena berkat
rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan perbaikan pembelajaran
ini.
Dengan rasa penuh tanggung jawab
maka maka penulis menyusun laporan ini berdasarkan observasi di Sekolah Dasar
Negeri Sukamulya II UPTD Pendidikan Kab. Garut. Penulisan laporan ini diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional
(PDGK 4501).
Dalam penulisan laporan ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik
aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan.
Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan pendidikan dimasa yang akan datang. selanjutnya dalam
penulisan laporan ini penulis banyak diberi bantuan oleh berbagai pihak. Oleh
karana itu penulis ingin mengucapkan ucapan terimakasih kepada :
- Bapak Drs. H. Khaerudin Kurniawan, M.Pd. selaku tutor Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501), yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan terhadap penulis dalam penyusunan laporan ini.
- Bapak Unang Kuswara, S.Ag. selaku kepala sekolah SDN Sukamulya II yang telah memberikan izin dan bantuan terhadap penulis pada saat menulis laporan ini.
- Kepada seluh pengawas TK/SD yang telah memberikan dukungan pada saat penulis menyelesaikan laporan ini.
- Suami dan anak tercinta yang penuh pengertiannya memberikan dorongan doa dan semangat kepada penulis selama penyusunan laporan ini.
- Rekan-rekan yang telah memberi dorongan dan berbagi pengalaman pada proses penyusunan laporan ini.
Teriring doa semoga segala bantuan yang telah diberikan, sebagai amal
shaleh senantiasa mendapat Ridha Alloh Swt. Sehingga pada akhirnya laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembangunan pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu
serta kemampuan professional tenaga kependidikan guru sekolah dasar pada
khususnya.
Garut,
Agustus 2009
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
|
||||
KATA PENGANTAR ……………………………..……………………
|
i
|
|||
DAFTAR ISI ……………………………………………….…………...
DAFTAR TABEL
………………………………………………………
DAFTAR GRAFIK
……………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN
…………………………………………………
|
iii
v
vi
vii
|
|||
BAB I PENDAHULUAN
|
||||
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………
|
1
|
|||
B. Rumusan Masalah ………………………………………………..
|
2
|
|||
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………...
|
2
|
|||
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….
|
2
|
|||
BAB II KAJIAN PUSTAKA
|
||||
A. Konsep Pelajaran IPA dan
Bahasa Indonesia ……………………
|
4
|
|||
B. Konsep Belajar ……………………………………………...……
|
7
|
|||
C. Strategi Belajar Mengajar ………………………………………..
|
8
|
|||
D. Penelitian Tindakan Kelas ………………………….……………
|
9
|
|||
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
|
||||
A. Subjek Penelitian ………………………………………………...
|
11
|
|||
B. Deskripsi Per Siklus ……………………………………………...
|
11
|
|||
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
|
||||
A. Hasil Penelitian …………………………………………………..
|
19
|
|||
B. Temuan dan Refleksi …………………….………………………
|
22
|
|||
C. Pembahasan …………………………………………….………..
|
24
|
|||
BAB V KESIMPULAN , SARAN DAN
TINDAK LANJUT
|
||||
A. Kesimpulan
……………………………………………………….
|
28
|
|||
B. Saran
……………………………………………………………...
|
28
|
|||
C. Tindak Lanjut
……………………………………………………..
|
28
|
|||
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………...
|
28
|
|||
LAMPIRAN
|
||||
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
|
Jadwal
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran ………………...…
|
12
|
|
Tabel 3.2
|
Lembar
Observasi Siklu I Mata Pelajaran IPA ……………….....
|
16
|
|
Tabel 3.3
|
Lembar
Observasi Siklu II Mata Pelajaran IPA …………………
|
17
|
|
Tabel 4.1
|
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran IPA
Siklus I ……….
|
19
|
|
Tabel 4.2
|
Analisi Kategori Evaluasi Siklus I
Pada Mata Pelajaran IPA …...
|
20
|
|
Tabel 4.3
|
Rekapitulasi
Nilai Perbaikan Pembelajaran IPA Siklus II ………
|
21
|
|
Tabel 4.4
|
Analisi Kategori Evaluasi Siklus I
Pada Mata Pelajaran IPA …...
|
22
|
|
Tabel 4.5
|
Rekapitulasi
Nilai Perbaikan Pembelajaran IPA Siklus I dan II SDN Cimaragas III Kec.
Pangatikan Kab. Garut ………………..
|
25
|
|
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1
|
Daya
Serap Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPA (Prosentase Nilai Siswa Per Siklus)
……………………………...………..
|
27
|
|
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
|
Surat Pernyataan Teman Sejawat
………………………...
|
31
|
|
Lampiran 2
|
Format Kesediaan Sebagai Teman
Sejawat ……………...
|
32
|
|
Lampiran 3
|
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus I …………….
|
33
|
|
Lampiran 4
|
Lembar Kerja Siswa Siklus I
……………………….........
|
36
|
|
Lampiran 5
|
Lembar Observasi Siswa Sikl;us I
……………………….
|
37
|
|
Lampiran 6
|
Daftar Nilai IPA Siklus I
…………………………………
|
38
|
|
Lampiran 7
|
Rencana Perbaikan Pembelajaran
Siklus II ……………...
|
39
|
|
Lampiran 8
|
Lembar Siswa Siklus II
…………………………………..
|
43
|
|
Lampiran 9
|
Lembar Observasi Siswa Siklus II
……………………….
|
44
|
|
Lampiran 10
|
Daftar Nilai IPA Siklus II
………………………………..
|
45
|
|
Lampiran 11
|
Daftar
Nilai Perbaikan Pembelajaran IPA
Siklus I dan II SDN Cimaragas III Kec. Pangatikan Kab. Garut ………..
|
46
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1.
Mata Pelajaran Matematika
Masalah rendahnya mutu sekolah sudah sangat sering dikeluhkan masyarakat. Hal ini peranan guru merupakan salah satu unsur yang dianggap sangat menentukan. Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang mempunyai kaitan langsung dengan rendahnya mutu guru. Orangtua melihat sekolah, terutama dilihat mutu gurunya. Sebab mutu guru yang rendah menyebabkan mutu sekolah yang rendah pula. Sebagian besar guru dianggap mutunya rendah.
Sesungguhnya mutu sekolah bukan saja masalah yang dihadapi oleh negara-negara berkembang dan juga bukan soal dana. Meskipun Amerika Serikat (AS) membelanjakan sekitar separuh dari pendapatannya untuk pendidikan, tetapi mutu pendidikannya kalah dari Jepang dan Jerman yang mengeluarkan biaya pendidikan tidak sebanyak AS. Dalam penyelenggaraan pendidikan, AS cenderung untuk membelanjakan sebagian besar uang untuk sarana dan administrasi, sementara untuk gaji guru relatif kecil. Sebaliknya Jepang dan Jerman, mengeluarkan sebagian besar biaya untuk gaji guru, sementara bangunan/sarana dan administrasi dibuat lebih sederhana tidak sementereng AS.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman di negara-negara maju itu, di mana kebutuhan minimal sarana dan fasilitas pendidikan telah relatif terpenuhi, nampak bahwa investasi biaya pendidikan melalui peningkatan kesejahteraan (gaji) guru lebih mampu meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana. Di negara kita memang agak lain persoalannya, banyak sekolah yang kebutuhan minimal sarana pendidikan saja juga belum terpenuhi.
Masalah pengelolaan dan administrasi biaya pendidikan kita terletak pada masih rumitnya prosedur pembiayaan, mulai dari perencanaan sampai pada proses pengelolaannya. Kerumitan itu menyangkut mata rantai birokrasi atas-bawah (vertikal) maupun hubungan antarinstansi satu dengan lainnya (horizontal).
Walaupun otonomi sekolah sudah mulai menampak, namun masih terasa ganjalan-ganjalan dalam proses perencanaan, prosedur pengelolaan, dan distribusi anggaran pendidikan mulai dari pusat sampai ke daerah. Namun demikian, dengan berjalannya otonomi daerah, maka pengelolaan pendidikan mulai beralih ke Kabupaten atau Kota .
Dengan bercermin pada pengalaman negara-negara maju, maka dilihat dari segi pelakunya, persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah kesejahteraan guru. Kesejahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial. Yang nonmaterial misalnya kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang sejuk, dan perlindungan hukum.
Adapun yang termasuk kesejahteraan material adalah gaji, tunjangan, dan insentif lainnya. Aspek material, khususnya gaji inilah yang harus secara jujur diakui masih minim. Kenaikan gaji cenderung hanya upaya mengimbangi laju inflasi. Akibatnya secara riil daya beli para guru umumnya tidak banyak meningkat.
Walaupun secara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru, tetapi gaji guru dan mutu pendidikan memang tak terpisahkan. Di negara-negara lain yang mutu pendidikannya telah lebih tinggi, misalnya seperti tetangga kita di Malaysia , mengajarkan kepada kita bahwa memang prestasi kerja merupakan fungsi dari imbalan. Makin tinggi imbalan, makin tinggi kesungguhan, komitmen, dan produktivitas kerja, serta semakin kecil tindakan indisipliner.
Belajar dari negara-negara yang mutu pendidikannya lebih tinggi itu pula, mereka berani menyediakan sekitar seperempat lebih anggarannya untuk sektor pendidikan. Dan dari jumlah itu, sebagian besar adalah untuk kesejahteraan guru. Jika gaji guru meningkat, maka akan meningkat pula status guru, sehingga mampu menarik calon-calon guru yang berkualitas. Bukan hanya calon kelas dua atau tiga seperti yang masuk ke pendidikan guru sampai saat ini.
Lembaga pendidikan guru (misalnya FKIP), bukanlah idola calon mahasiswa atau orangtua. Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat kemampuan ekonomi sebagai ukuran status sosial, status guru dipandang "kurang baik" karena pendapatannya rendah. Karena itu jabatan guru tidak menarik minat banyak orang dan juga tidak menarik bagi putra-putri terbaik bangsa.
Sampai saat ini, mereka yang berminat menjadi calon guru, terutama dari keluarga kurang mampu atau kurang mampu pula secara akademis. Mereka memilih FKIP dengan harapan bisa kuliah dan kemudian bisa diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Namun kenyataannya, masih banyak lulusan FKIP yang tidak dapat diangkat lantaran kemampuannya juga rendah. Dan lebih ironis pula karena banyak lembaga-lembaga pendidikan yang justru mengangkat lulusan fakultas murni untuk menjadi tenaga guru lantaran kemampuannya dianggap lebih.
Semakin sempitnya kesempatan untuk diangkat menjadi guru, menyebabkan kualitas dan kuantitas yang masuk lembaga pendidikan guru juga merosot. Konsekuensinya mutu lulusan atau calon guru yang dihasilkan merosot pula. Akibatnya mutu pendidikan di negeri ini akan terus merosot pula.
Melihat kondisi pendidikan kita saat ini, tidak banyak yang dilakukan dalam usaha menarik minat calon bermutu memasuki lembaga pendidikan guru selama faktor status guru tidak dapat diubah atau diperbaiki. Menaikkan pandangan terhadap profesi guru amat terkait dengan kemampuan keuangan pemerintah, mengingat pada waktu ini sekolah terutama dikelola pemerintah.
Barangkali anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan bagi pendidikan guru seperti di atas yang menyebabkan calon guru kurang memiliki motivasi yang kuat. Lebih parah lagi sebagian yang dididik sebagai calon guru sekarang sebenarnya tidak ingin menjadi guru. Oleh karena mereka tahu bahwa profesi guru tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak, kekuasaan yang cukup, atau pengaruh yang luas. Oleh karena itu sampai saat ini profesi guru dirasa sebagai kerja paksa, artinya terpaksa jadi guru karena bidang lain tidak bisa menampungnya. Tetapi kerja paksa juga bisa diartikan, kerja keras tetapi gajinya kecil. Di masyarakat yang gandrung pada pemenuhan kebutuhan materi, kedudukan atau pekerjaan guru kurang memperoleh nilai tinggi. Sebab, walaupun tugas guru itu mulia, namun tidak memberi keuntungan materi.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka agaknya repot bagi pendidikan guru untuk menangkis serangan atau kritik tentang mutu lulusannya. Masyarakat mengeluh anak-anaknya diajar oleh guru yang kurang bermutu. Di sisi lain, LPTK mengkhawatirkan semakin merosotnya minat calon mahasiswa yang ingin menjadi guru. Keluhan masyarakat dan kekhawatiran perguruan tinggi tersebut pada akhirnya beralamatkan kepada pemerintah juga.
Sampai sekarang jawaban yang memuaskan terhadap permasalahan guru dan mutu pendidikan masih dicari dan diupayakan. Mungkin bisa dicoba untuk membatasi jumlah masukan ke pendidikan guru sebatas jumlah minimal program studi masih bisa memenuhi syarat. Jika masukan sudah amat terbatas, maka lulusan juga amat terbatas, sehingga jumlah pencari kerja di bidang pendidikan makin berkurang, sampai pada suatu titik di mana terdapat kekurangan guru lagi. Sedangkan yang ada sekarang mudah-mudahan dalam jangka waktu tertentu bisa diangkat, walaupun sebagai guru bantu.
Sampai saat ini memang sudah banyak kebijakan dan strategi untuk memperbaiki mutu sekolah, namun hasilnya belum optimal. Sejauh gaji guru masih relatif rendah, tampaknya tidak mudah meningkatkan mutu pendidikan. Di situlah titik kelemahan pendidikan kita, sehingga mutu sekolah sulit ditingkatkan. Oleh sebab itu, jika kita benar-benar mau meningkatkan mutu sekolah, maka system penggajian guru secepatnya diperbaiki.
Dengan demikian untuk menciptakan potensi guru yang baik, maka harus diadakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme keguruan, karana hal ini sangat menunjang bagi pelaksanaan proses pebbelajaran yang baik. Maka dari itu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang didasarkan pada desain kajian seorang guru agar bias diterima siswa yang nantinya akan menciptakan suasana pembelajaran yang baik. Apabila siswa sudah bias menerima pembelajaran yang guru sampaikan, dengan demikian proses pembelajaranpun akan diikuti dengan baik. Maka dari itu tentunya hasil belajarpun akan meningkat.
Dengan melihat paparan yang sudah
dijelaskan tersebut di atas, serta melihat perolehan hasil belajar matematika
SDN Sukamulya II Kec. Pangatikan Kab. Garut di Kelas IV yang masih jauh dari
hasil belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu dengan perolehan
hamper 60 % siswa mendapatkan hasil belajar yang masih kurang. Dengan demikian,
penulis mencoba melakukan penelitian terhadap siswa terhadap mekanisme belajar
mengajar yaitu dengan menggunakan kajian meningkatkan kemampuan memahami
perkalian cara susun pada siswa kelas IV SDN Sukamulya II dengan metode
demontrasi .
2.
Mata Pelajaran IPS
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,
fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan denganisu sosial. Pada jenjang
SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan
Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi
warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga
dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi
tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan
setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat dalam
memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun
secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan
tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan
mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Adapun tujuan mata pelajaran IPS
yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Mengenal konsep-konsep
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan
dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di
tingkat lokal, nasional, dan global.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
adalah salah satu bidang studi yang rumit, karena ruang lingkupnya sangat luas
dan merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, ekonomi,
sejarah, sosiologi, dan antropologi. IPS memfokuskan perhatiannya pada peranan
manusia dalam masyarakat terutama dalam situasi global saat ini.
Dalam implimentasi pembelajaran guru
sebagai praktisi melaksanakan kegiatan, yaitu dengan cara menggunakan srategi
pengajaran konsep untuk membantu kelancaran pada setiap tindakan pembelajaran,
peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses pada
pembelajaran. Dari setiap pengamatan selanjutnya dilakukan refleksi dan
analisis setiap tindakan untuk kemudian melakuakan perbaikan-perbaikan.
Dalam rangka mencapai harapan seperti itulah dalam
kegiatan belajar ini dikemukakan salah satu alternatif dari segi perencanaan,
yaitu dengan upaya memotivasi siswa
dalam pembelajaran kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di
lingkungan anak melalui penguatan verbal dan non verbal. Dengan menggunakan
metode ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran
dengan baik dengan tujuan meningkatkan volume pembelajaran. Dengan demikian
proses pembelajaran diharapkan sesuai dengan apa yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
paparan dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Mata Pelajaran Matematika
1). Bagaimana cara meningkatkan kemampuan
memahami perkalian pada siswa ?
2). Bagaimana cara meningkatkan proses
pembelajaran matematika ?
3). Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika?
2. Mata Pelajaran IPS
1). Bagaimana cara
memotivasi siswa dalam pembelajaran kepahlawanan agar pembelajaran bisa dipahami
secara merata ?
2). Bagaimana cara meningkatkan proses pembelajaran pada mata
pelajaran IPS ?
3) Apakah pemberian
penguatan verbal dan non verbal dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mata
pelajaran IPS ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mata Pelajaran Matematika
a.
Meningkatkan penguasaan perkalian
pada siswa.
b.
Meningkatkan proses pembelajaran
Mata Pelajaran Matematika.
c.
Meningkatkan hasil pembelajaran
siswa.
2. Mata Pelajaran IPS
a. Meningkatkan
motivasi siswa dalam pembelajaran kepahlawanan agar pembelajaran bisa dipahami
secara merata.
b. Meningkatkan
proses belajar mengajar pada Mata Pelajaran IPS.
c. Meningkatkan
pemahaman siswa dalam belajar dengan metode pemberian penguatan verbal dan non
verbal.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah
sebagai berikut :
a.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan maka dapat memberikan pengalaman baru bagi penulis, serta dapat
meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya Matematika,
sehingga pengalaman ini dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat
diterapkan pada Mata Pelajaran lain.
b.
Bagi Kepala Sekolah dan Guru,
dapat dijadikan media motivasi untuk dapat dilaksanakan di sekolah di tempat
bekerja yaitu di Sukamulya II, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
c.
Bagi siswa, dapat memberikan kesan
bahwa belajar IPS itu mudah dan menyenangkan serta dapat memberikan wawasan
materi pembelajaran.
d.
Bagi pembaca, dapat dijadikan
rujukan atau bahan pembelajaran dalam upaya melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
0 comments on SDMTK-13 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERKALIAN CARA SUSUN :
Post a Comment and Don't Spam!
Berkomentarlah secara bijak