.

.

SMPIPA-21 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SAINS MELALUI GABUNGAN METODE CERAMAH DENGAN METODE KOOPERATIF MODEL TPS (THINK PAIR SHARE) PADA SISWA KELAS…

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SAINS MELALUI GABUNGAN METODE CERAMAH DENGAN METODE KOOPERATIF MODEL TPS (THINK PAIR SHARE) PADA SISWA KELAS…



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikanlain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia  tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, erta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Apa yang menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Salah satu metode untuk membangkitkan apa yang siswa pelajari dalam satu semester proses belajar mengajar adalah metode pembelajaran bagaimana menjadikan belajar tidak terlupakan. Metode ini adalah untuk membantu siswa dalam mengingat materi pelajaran yang telah diterima selama ini. Selain itu metode ini diterapkan pada akhir semester proses belajar mengajar dengan  tujuan untuk membantu siswa agar siap mengahadapi ujian semester atau ujian akhir.
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis penulis mengambil judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Sains Melalui Gabungan Metode Ceramah Dengan Metode Kooperatif model TPS (Think Pair Share) Pada Siswa Kelas………………………………………….”

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahnnya sebagi berikut:
  1. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Sains dengan diterapkannya gabungan metode ceramah dengan metode kooperatif model TPS  pada siswa Kelas ……………………………………..
  2. Bagaimanakah pengaruh gabungan metode ceramah dengan metode kooperatif model TPS  dalam meningkatkan prestasi serta pomahaman materi pelajaran Sains pada siswa Kelas ……………………………………………..

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Sains setelah diterapkannya gabungan metode ceramah dengan metode kooperatif model TPS  pada siswa Kelas …………………………………
  2. Mengetahui pengaruhnya gabungan metode ceramah dengan metode kooperatif model TPS  dalam meningkatkan prestasi serta pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Sains setelah diterapkan gabungan metode ceramah dengan metode kooperatif model TPS  pada siswa Kelas ………………………………
D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
  1. Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran IPA atau Sains.
  2. Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA atau Sains.
  3. Mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran IPA atau Sains.

E. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1.   Metode ceramah adalah:
Adalah suatu cara penyampain bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.
2.   Metode kooperatif adalah:
Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama
  1. Motivasi belajar adalah:
Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
  1. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran ……………..
F.   Batasan Masalah
      Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi:
  1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas ………………………………….
  2. Penelitian ini dalaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran 2004/2005.
  3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan…………………….

SMPBING-03 MEMBANGUN PEMAHAMAN DAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PERMAINAN PADA SISWA KELAS …

MEMBANGUN PEMAHAMAN DAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PERMAINAN PADA SISWA KELAS …



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kebanyakan anak usia sekolah dasar sangat suka dengan permainan, hal ini sesuai dengan usia anak yang pada dasarnya adalah suka bermain. Sudah menjadi kodratnya bahwa anak-anak akan sangat tertarik dengan yang disebut permainan dan bagaimana caranya menjadikan permainan yang disukai oleh anak anak itu menjadi suatu metode pembelajaran bahasa Inggris.
Pintar bahasa Inggris tampaknya sudah merupakan keharusan dewasa ini. Hal ini dibuktikan dari menjamurnya tempat kursus bahasa Inggris sampai ke pelosok daerah. Di banyak sekolah, terutama di kota-kota besar, bahasa Inggris diajarkan sejak di kelas empat sekolah dasar sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal, bahkan di lingkungan elite bahasa Inggris mulai diperkenalkan di taman bermain.
Umumnya, para guru di sekolah menyajikan pelajaran bahasa Inggris secara klasikal dengan metode konvensional. Guru de depan kelas menjelaskan atau memberikan contoh sementara anak didiknya mendengarkan. Apabila cara mejelaskan pelajaran tidak menarik, anak didik akan mendengarkan sambil terantuk-kantuk atau sambil bermain-main dengan kotak pensilnya. Yang penting mereka tidak bersuara dan membuat gaduh.
Kalau diperhatikan, anak-anak seusia kelas ………. sekolah dasar adalah anak yang aktif yang sangat sulit diminta duduk sambil diam mendengarkan orang berbicara dalai waktu yang agak lama. Mereka paling senang bermain. Maka, tidak ada salahnya kalau kegemaran bermain ini dimanfaatkan untuk menyampaikan materi ajar. Dengan demikian, mereka akan memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan dan penuh makna. Minat belajar bahasa Inggris pun akan tumbuh dengan baik.
Salah satu cara untuk memenfaatkan kegemaran bermain ini ialah dengan memberikan permainan misalnya permainan yang mengombinasikan kesenangan bermain dan kebiasaan bergera aktif sekaligus belajar bahasa Inggris.
Agar belajar manjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka haru menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajr aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud).
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengarnya, melihatnya, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah tau harus mereka dapatkan.
Penguasaan kosa kata dan kalimat perintah dalam bahasa Inggris memiliki aspek beragam. Diantaranya dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan, menyampaikan pesan, bentuk kata. Untuk itulah dalam mengungkap permasalahan tersebut peneliti memilih judul “Membangun Pemahaman dan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Melalui Permainan Pada Siswa Kelas ……………………………………………………….”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah tingkat penguasaan pemahaman kosa kata bahasa Inggris anak kelas ………………………………….. melalui cara belajar aktif model permainan?
2.      Bagaimanakah tingkat penguasan kosakata bahasa Inggris anak kelas ……………………………………….?
3.      Bagaimanakah tingkat penguasaan makna kosakata bahasa Inggris anak kelas ………………………………………………. melalui cara belajar aktif model permainan?




C. Tujuan Penelitian
1.   Tujuan Umum
            Untuk memperoleh deskripsi tentang tingkat penguasaan kosakata bahasa Inggris anak Sekolah dasar kelas ……… melalui cara belajar aktif model permainan.
2.   Tujuan Khusus
            Secara khusus tujuan penelitian ini adalah:
a.       Untuk memperoleh deskripsi tentang tingkat penguasaan pelafalan huruf bahasa Inggris anak kelas ……………. Sekolah dasar melalui cara belajar aktif model permainan.
b.      Untuk memperoleh deskripsi tentang penguasaan pelafalan huruf kosaka bahasa Inggris anak kelas …………….. Sekolah dasar melalui cara belajar aktif model permainan.
c.       Untuk memperoleh deskripsi tentang tingkat penguasaan makna kosakata anak kelas V Sekolah dasar melalui cara belajar aktif model permainan.

D. Asumsi Penelitian
            Dalam penelitian ini ada beberapa asumsi sebagai berikut:
1.      Melalui cara belajar aktif model permainan, anak kelas ……………… Sekolah dasar dapat mengungkapkan pendapat dan sikap dalam bahasa Inggris dengan lafal yang tepat.
2.      Anak Sekolah dasar kelas ……….. dapat bertambah kosakatanya melalui cara belajar aktif model permainan.
3.      Dengan membaca cerita ringan, anak kelas ……… Sekolah dasar memiliki tingkat penguasaan makna kosakata yang berbeda-beda.

SMPBING-1 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGUNGKAPKAN MONOLOG DESCRIPTIVE LISAN SEDERHANA YANG BERTERIMA SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 JABON MENGGUNAKAN SISTIM ICARE

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGUNGKAPKAN  MONOLOG DESCRIPTIVE LISAN SEDERHANA  YANG BERTERIMA SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 JABON  MENGGUNAKAN SISTIM ICARE



BAB I

PENDAHULUAN



  1. Latar Belakang Masalah

     Kesulitan paling esensi yang penulis alami ketika membelajarkan siswa bahasa Inggris adalah bagaimana cara membelajarkan siswa untuk mengungkapkan bahasa tersebut secara lisan dan berterima. Pada umumnya siswa kurang mampu mengungkapkan bahasa lisan walaupun mereka telah mengalami pembelajaran dalam beberapa bahasan pada siklus lisan. Beberapa cara sudah penulis lakukan antara lain menambahkan waktu belajar khusus berbicara pada setiap hari sabtu melalui ekstrakurikuler conversation, siswa diberi tugas untuk belajar menggunakan bahasa lisan di sekolah atau di rumah  secara berkelompok tetapi hasilnya masih kurang memuaskan karena masih 40% siswa belum terampil mengungkapkan bahasa Inggris secara lisan. Sedangkan 60% lainnya hanya mampu mengungkapkan dengan frekuensi rata-rata dua sampai dengan tiga kalimat saja dan dengan cara menghafalkan tulisan.  Inilah fenomena kesulitan yang dialami oleh penulis di dalam membelajarkan siswa di sekolah.
     Ketika penulis membaca buku Percikan Perjuangan Guru karya Profesor Surya yang menyatakan tentang perubahan paradigma guru pada abad ke 21, salah satu pernyataannya mampu menyadarkan penulis untuk berkreasi didalam membelajarkan siswa dengan cara yang kreatif, pernyataan tersebut tertulis sebagai berikut: “Guru akan lebih tampil tidak lagi sebagai pengajar (teacher) seperti fungsinya menonjol saat ini, melainkan sebagai: pelatih, konselor, manajer belajar, partisipan, pemimpin, dan pelajar ”, (Surya,2003:334). Lebih mendalam dan rinci pada buku tersebut dijelaskan sebagai berikut: Pada kata pelatih dimaksudkan guru adalah seperti pelatih olah raga yang banyak membantu siswa dalam permainan (game of learning), membantu siswa menguasai alat belajar, memotivasi untuk kerja keras, bekerjasama dengan siswa yang lain. Sebagai konselor, guru akan menjadi sahabat siswa, teladan bagi pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban. Struktur kelas, perlu ditata agar terjadi school within school dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok dalam bimbingan guru. Sebagai manajer, guru akan bertindak seperti manajer perusahaan, membimbing siswa belajar, mengambil prakarsa, ide-ide terbaik yang dimilikinya, namun disisi lain guru merupakan bagian dari siswa yang ikut belajar bersama mereka sebagai pelajar. Guru juga belajar dari teman seprofesinya melalui model team teaching.  Pernyataan bijak di atas tentunya perlu diteladani dan dimaknai, artinya guru sebagai pengelolah pembelajaran harus selalu kreatif dan inovatif dalam menentukan stategi pembelajaran yang dapat membantu dan mempermudah siswa dalam belajar untuk mencapai kompetensi. Banyak strategi pembelajaran atau metoda yang ditawarkan agar siswa aktif dan kreatif yang seperti Quantumn Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning, Contextual Teaching and Learning dan sebagainya.
     Setelah penulis membaca dan memahami beberapa strategi atau cara-cara bagaimana membelajarkan siswa yang aktif dan interaktif maka, penulis memilih salah satu strategi pembelajaran yang diperkirakan akan membuat siswa aktif dan interaktif mengungkapkan bahasa Inggris secara lisan yang berterima adalah sistem ICARE. Dengan sistem ICARE siswa akan menerapkan langsung komunikasi berdasarkan ide atau pengalaman belajar yang dimiliki, dengan demikian keterampilan siswa akan meningkat sebab seluruh siswa akan mempraktikkan bahasa lisan yang berterima selama proses pembelajaran.
     Fenomena lain yang terkait di dalam membelajarkan siswa adalah guru belum terbiasa melakukan pembelajaran secara kreatif dan inovatif dengan menggunakan sistem ICARE. Untuk itu selama proses pembelajaran cara-cara guru didalam menerapkan sistem ICARE perlu dikaji juga.
     Di dalam standar kompetensi bahasa Inggris SMP memiliki beberapa wacana, salah satu wacana  untuk kelas VII adalah monolog descriptive sederhana. Berikut ini adalah salah satu standar kompetensi keterampilan berbicara yaitu: “Mengungkapkan makna dalam monolog pendek sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima  untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dalam teks berbentuk descriptive dan procedure.” (Standar isi, 2006; 4). Terdapat dua monolog dalam standar kompetensi pada keterampilan berbicara di atas, yaitu monolog descriptive dan procedure, wacana yang dipilih oleh penulis adalah monolog descriptive karena monolog descriptive struktur tatabahasa yang digunakan wacana ini lebih sederhana. Karena penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil maka  dipilih bahasan monolog descriptive dengan menggunakan model pembelajaran ICARE.

Rumusan Masalah

     Permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini berdasarkan uraian pada pendahuluan di atas adalah :
Bagaimana cara guru meningkatkan keterampilan mengungkapkan monolog descriptive lisan berbahasa Inggris sederhana yang berterima siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon menggunakan sistem ICARE?
Apakah dengan menggunakan sistem ICARE keterampilan mengungkapkan monolog descriptive lisan berbahasa Inggris sederhana yang berterima siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon meningkat?

Tujuan Penelitian
     Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Meningkatkan keterampilan mengungkapkan monolog descriptive sederhana menggunakan bahasa Inggris lisan  yang berterima siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon menggunakan sistem ICARE.
Meningkatnya kemampuan siswa didalam menggunakan bahasa Inggris lisan sederhana yang beterima dengan pengucapan yang relatif tepat, lancar dan menggunakan struktur kalimat yang tepat.
Meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon dalam mengungkapkan bahasa Inggris lisan sederhana yang berterima.
Meningkatkan keterampilan guru dalam membelajarkan siswa untuk mengungkapkan bahasa Inggris lisan sederhana yang berterima khususnya monolog descriptive sederhana.
Meningkatkan keterampilan guru di dalam membelajarkan siswa menggunakan sistem ICARE.

Lingkup Penelitian
     Dalam penelitian ini membahas tentang monolog descriptive lisan sederhana yang berterima dengan pokok bahasan Personal Description dan sub bahasan Human’s Face yang terkait dengan  Possessive Pronoun, “his dan her”, Human’s Body yang terkait dengan Pronoun as Subject, “He dan She”, dan kata kerja “wears” yang diikuti dengan kata benda tentang pakaian, di kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon. Sebagai fungsi sosial (Lifeskills) dalam pembelajaran ini maka monolog descriptive dipergunakan untuk mendiskripsikan orang-orang terkenal.

Definisi Operasional

     Untuk mendapatkan kejelasan tentang kesamaan arti dalam penelitian ini maka diperlukan pendifinisian istilah sebagai berikut:
Monolog descriptive lisan yang berterima adalah wacana lisan yang dipergunakan untuk mendiskripsikan ciri-ciri seseorang, binatang, tumbuhan, benda atau tempat tertentu dengan struktur generik untuk mengidentifikasi fenomena yang akan didiskripsikan, yaitu bagian, kualitas karakter, warna dan sebagainya  dan menggunakan  ciri kebahasaan struktur kalimat dalam bentuk Simple Present Tense,. Dalam monolog descriptive hal-hal yang didiskripsikan sangatlah khusus (specific), dengan tingkat ketercapaian kompetensi berbicara yang berterima meliputi kompetensi pendukung linguistik, sosiokultural dan pembentuk wacana ada aspek kosakata yang dikaitkan dengan pemahaman berbicara, pengucapan,  tata bahasa, dan kompetensi strategi pada aspek kelancaran.
Sistem pembelajaran ICARE adalah suatu sitem khusus untuk meningkatkan hasil belajar peserta, dengan langkah-langkah pembelajaran meliputi:           (a) Introduce  (perkenalkan), (b) Connect  (hubungkan), (c) Apply (terapkan), (d) Reflect (refleksikan) dan (e) Extend (perluaskan), bila menggunakan strategi kognitif jembatan keledai maka akan menghasilkan kata yang bermakna yaitu ICARE.
Standar Kompetensi Belajar Minimal (SKBM)
Standar Kompetensi Belajar Minimal merupakan patokan nilai minimal yang harus dicapai siswa sebagai gambaran kualitas pencapaian kompetensi siswa didalam belajar. SKBM Bahasa Inggris kelas VII di SMP Negeri 2 Jabon adalah 7,00


F.   Manfaat Penelitian
      Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk :
1.            Para guru yang ingin mengembangkan teknik pembelajaran menggunakan sistem ICARE
2.            Para guru yang ingin meningkatkan keterampilan siswa mengungkapkan   monolog descriptive bahasa Inggris sederhana secara lisan dan berterima.
3.            Sebagai bahan kajian di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris Kabupaten Sidoarjo sebagai pembaruan model pembelajaran Bahasa Inggris.
4.            Sebagai literatur yang dapat ditawarkan kepada sekolah-sekolah di kabupaten Sidoarjo untuk pengembangan salah satu model pembelajaran yang terkait dengan terapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).


MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MENGARANG BAHASA INDONESIA DENGAN METODE PEMBELAJARAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS...

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MENGARANG BAHASA INDONESIA DENGAN METODE PEMBELAJARAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS...




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
     Pelajaran mengarang sebenarnya sangat penting diberikan kepada murid untuk melatih menggunakan bahasa secara aktif. Disamping itu pengajaran mengarang di dalamnya secara otomatis mencakup banyak unsur kebahasaan termasuk kosa kata dan keterampilan penggunaan bahasa itu sendiri dalam bentuk bahasa tulis. Akan tetapi dalam hal ini guru bahasa Indonesia dihadapkan pada dua masalah yang sangat dilematis. Di satu sisi guru bahasa harus dapat menyelesaikan target kurikulum yang harus dicapai dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Sementara di sisi lain porsi waktu yang disediakan untuk pelajaran mengarang relatif terbatas, padahal untuk pelajaran mengarang seharusnya dibutuhkan waktu yang cukup panjang, karena diperlukan latihan-latihan yang cukup untuk memberikan siswa waktu dalam mengarang. Dari dua persoalan tersebut kiranya dibutuhkan kreaivitas guru untuk mengatur sedemikian rupa sehingga materi pelajaran mengarang dapat diberikan semaksimal mungkin dengan tidak mengesampingkan materi yang lain.
Sekolah kita pada umumnya agak mengabaikan pelajaran mengarang. Ada beberapa faktor penyebabnya yaitu, (1) sistem ujian yang biasanya menjabarkan soal-soal yang sebagian besar besifat teoritis, (2) kelas yang terlalu besar dengan jumlah murid berkisar antara empat puluh sampai lima puluh orang.
Materi ujian yang bersifat teoritis dapat menimbulkan motivasi guru bahasa mengajarkan materi mengarang hanya untuk dapat menjawab soal-soal ujian, sementara aspek keterampilan diabaikan. Sedangkan dengan kelas yang besar konsekuensi biasanya guru enggan memberikan pelajaran mengarang, karena ia harus memeriksa karangan murid-muridnya yang berjumlah mencapai empat puluh sampai lima puluh lembar, kadang hal itu masih harus berhadapan dengan tulisan-tulisan siswa yang notabene sulit dibaca. Belum lagi ia harus mengajar lebih dari satu kelas atau mengajar di sekolah lain, berarti yang harus diperiksa empat puluh kali sekian lembar karangan. Oleh karena itu, tidak jarang guru yang menyuruh muridnya mengarang hanya sebulah sekali atau bahkan sampai berbulan-bulan.
Disamping hal-hal tersebut di atas ada asumsi sebagian guru yang menganggap tugas mengarang yang diberikan kepada siswa terlalu memberatkan atau tugas itu terlalu berat untuk siswa, sehingga ia merasa kasihan memberikan beban berat tersebut kepada siswanya. Ia terlalu pesimis dengan kemampuan muridnya. Asumsi tersebut tidak bisa dibenarkan, karena justru dengan seringnya latihan-latihan yang diberikan akan membuat siswa terbiasa dengan hal itu. Kita tahu baha ketermpilan berbahasa akan dapat dicapai dengan baik bila dibiasakan. Kalau guru selalu dihantui oleh perasaan ini dan itu, bagaimana muridnya akan terbiasa menggunakan bahasa dengan sebaik-baiknya?
Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Mengarang Bahasa Indonesia dengan Metode Pembelajaran Terbimbing Pada Siswa Kelas…………”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
  1. Seberapa jauh peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia dalam bidang karang-mengarang dengan diterapkannya pembelajaran terbimbing pada siswa kelas?
  2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran terbimbing terhadap motivasi belajar bahasa Indoensia dalai bidang karang-mengarang siswa kelas…………………………….?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran terbimbing pada siswa kelas …………………………..
  2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran terbimbing pada siswa kelas ……………………………………….
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
  1. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
  2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF MELALUI KALIMAT ACAK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 DONGGO TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF MELALUI KALIMAT ACAK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 DONGGO TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
                   Bahasa sebagai alat komunikasi sangat penting dalam masyarakat. Dengan bahasa seseorang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik itu lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah., karena itu mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di lembaga pendidikan formal. Melalui bahasa seseorang dapat belajar mengenai adat istiadat, tingkah laku dan tatakrama masyarakat, baik bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi nasional maupun bahasa daerah sebagai bagian dari kebudayaan hidup yang berkembang.
Pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa terampil berbahasa yaitu mampu berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Dalam proses pemerolehan keempat keterampilan berbahasa tersebut, siswa melakukannya secara berurutan. Mula-mula diperoleh keterampilan menyimak , lalu secara berturut-turut diikuti dengan keterampilan berbicara, membaca, dan akhirnya menulis.
Pada dasarnya keterampilan menyimak dan berbicara diperoleh di lingkungan keluarga dan selanjutnya berkembang melalui keterampilan membaca dan menulis, yang diperoleh siswa di sekolah.

       “Mula-mula pada masa kecil kita belajar berbahasa lisan yaitu menyimak dan berbicara. Seorang anak menyimak apa yang dikomunikasikan orang tua, saudara, dan lingkungannya. Pada saat yang sama, ia pun  belajar berbicara secara bertahap mulai dengan meracau atau meraban, berujar dengan sepatah kata, dua kata, tiga kata, hingga perkataannya menyerupai tuturan  orang dewasa.” (Akhadiah,dkk, 1997: 1.9)
 Meskipun keterampilan menyimak dan berbicara diperoleh dari pendengaran, untuk berbahasa tulis anak memperkaya pembendaharaan bahasa dengan berbagai informasi yang ditangkap kemudian ada proses berpikir dan nalar.
Akhadiah, dkk (1997 :1.16) menyatakan bahwa menulis sebagai kegiatan menyampaikan pesan (gagasan, perasaan, dan informasi) secara tertulis kepada pihak lain (pembaca). Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal, menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis sebagai aktivitas berbahasa tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa lainya. Apa yang diperoleh dari menyimak, membaca, dan berbicara akan memberinya masukan berharga untuk kegiatan menulis. Meskipun demikian, menulis sebagai suatu aktivitas berbahasa tulis memiliki perbedaan terutama dengan kegiatan berbahasa lisan. Perbedaan itu menyangkut cara serta konteks dan hubungan antar unsure yang terlibat, yang berimplikasi pada ragam bahasa yang digunakan. Dan ketika penulis melakukan aktivitas menulisnya dia memiliki tujuan dan sesuatu yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Hal ini akan menentukan corak wacana yang digunakan, misalnya: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Karena hubungannya yang resiprokal, maka pemilihan ragam wacana itupun akan mempengaruhi isi, pengorganisasian ide-ide dan penyajian karangan.
                    Penggunaan paragraf sangat berperan dalam membuat suatu karangan atau wacana sebab paragraf adalah rangkaian kalimat yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan pokok pembahasan yang di dalamnya terdapat gagasan utama serta beberapa gagasan  penjelas. Paragraf merupakan satuan bahasa yang lebih besar dari pada kalimat. Meskipun demikian, paragraf masih merupakan bagian dari satuan bahasa lainnya, yang disebut wacana. Suatu wacana umumnya dibentuk lebih dari satu paragraf. (Kosasih, 2007 :135)
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak sekolah atau guru dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa. Upaya yang dilakukan adalah memantapkan perencanaan pengajaran dalam konsep dan memaksimalkan prosedur pelaksanaan pengajaran dengan menggunakan media/ stimulus yang efektif. Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukan bahwa keterampilan dan kemampuan menulis siswa kelas VII SMP N 1 Donggo masih kurang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hambatan, baik yang bersifat psikologis maupun metodologis. Hambatan psikologis dapat dilihat dari sikap siswa yang menganggap menulis sebagai beban, kurang penting, dan sulit tampa mau mencobanya. Sebaliknya hambatan metodologis dapat berupa metode pengajaran yang digunakan cenderung tidak profesional atau guru kurang menguasai metode yang digunakan.  Penjelasan tersebut, tampak bahwa hambatan menulis terletak pada penerapan metode dan teknik pengajaran yang kurang tepat dan penyampainnya kurang variatif.
Hasil dalam berbagai pertemuan, diklat, dan pelatihan-pelatihan resmi, mengemukakan bahwa setiap keterampilan menulis siswa harus ditingkatkan. Hambatan yang ada pada siswa kelas VII SMP N 1 Donggo antara  lain yang bersifat internal maupun eksternal, hambatan psikologis dan metodelogis. Hambatan metodelogis yang nampak adalah dalam pemberian jam (waktu) praktek dan teori latihan menulis atau mengarang tidak seimbang. Dalam pelajaran menulis atau mengarang, siswa dibiasakan untuk mengungkapkan buah pikiranya. Siswa dibimbing untuk belajar menyusun kalimat sehingga menjadi paragraf yang padu. Dengan hal tersebut siswa dapat mengasah kemampuannya dalam keterampilan menulis paragraf .
Kegiatan menulis lanjut atau mengarang itu pada dasarnya mengkomunikasikan  (menyampaikan dan mengekspresikan) sesuatu (pengindraan, pikiran, khayalan, kehendak, dan sebagainya) dalam bahasa tulis, maka tujuan utama pengajaran menulis adalah siswa memiliki kemapuan menulis dengan bahasa Indonesia, sedangkan pengetahuan tentang hal ihwa menulis (teori menulis) harus diperlakukan sebagai penunjang bagi kemampuan menulis itu.
Upaya utama yang harus dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas VII SMP N 1 Donggo adalah dengan pembenahan dalam
 lingkup metode dan teknik pembelajaran, terutama teknik menulis itu sendiri. Pembenahan harus mecangkup konsepsi dalam perencanaan dan akulturasi konsep secara efektif dan efesien dengan mendayagunakan interelasi fungsional antara pendekatan, strategi,metode, dan teknik belajar mengajar.
Berdasarkan uraian beberapa pakar di atas, maka salah satu upaya yang akan diterapkan penulis dalam melatih keterampilan menulis paragraf deduktif siswa kelas VII SMP N 1 Donggo adalah dengan teknik penyusunan kalimat acak. Dalam pelaksanaannya, teknik ini dapat didukung oleh sejumlah perangkat atau media yang memiliki keaktifan siswa. Teknik penyusunan kalimat acak merupakan cara yang memungkinkan siswa untuk melatih keterampilannya dalam menulis paragraf yang padu. Dengan teknik ini diharapkan dapat membangkitkan keinginan dan minat bagi siswa dalam menulis serta mengasah kemampuan siswa dalam merangkai kalimat yang satu dengan kalimat yang lain sehingga membentuk sebuah paragraf yang kohesif dan koheren. Berdasarkan hal tersebut maka penulis mempunyai dorongan yang kuat untuk meneliti tentang “ Meningkatkan Keterampila Menulis Paragraf Deduktif Melalui Kalimat Acak Siswa Kelas VII SMP N 1 Donggo Bima Tahun Pelajaran 2011/2012” Dengan teknik penyusunan kalimat acak siswa dapat dengan mudah menulis dalam bentuk paragraf deduktif dan tidak kesulitan lagi untuk mengembangkan ide-ide dalam mengarang. Karena di sini siswa hanya menyusun kalimat-kalimat yang sudah diacak menjadi paragraf utuh yang membentuk makna yang serasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengajaran bahasa Indonesia, khususnya pada kemampuan menulis.
B.     Identifikasi Masalah
                    Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah-masalah yang berhasil diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1.      siswa beranggapan bahwa menulis sebagai beban, kurang penting, dan sulit tampa mau mencobanya;
2.      siswa masih kesulitan dalam menyusun sebuah kalimat yang struktur dan maknanya benar;
3.      Teknik pembelajaran menulis kurang bervariasi sehingga membosankan dan tidak menarik bagi siswa;
4.      peningkatan keterampilan menulis siswa kelas VII SMP N 1 Donggo dapat diupayakan dengan mengembangkan strategi pembelajaran bahasa Indonesia, salah satunya adalah dengan menggunakan teknik kalimat acaka.
C.    Pembatasan Masalah
                   Dari empat masalah yang telah diidentifikasi tersebut, masalah yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan yang keempat, yakni penggunaan teknik kalimat acak untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas VII SMP N 1 Donggo.


D.    Rumusan Masalah
                      Berdasarkan uraian di atas,maka dapat dirumuskan bahwa masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah proses pembelajaran dengan teknik kalimat acak dalam meningkatkan keterampilan menulis paragraf deduktif siswa kelas VII SMP Negeri 1 Donggo tahun pelajaran 2011/2012 ?
2.      Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis paragraf deduktif siswa kelas VII SMP Negeri 1 Donggo tahun pelajaran 2011/2012 setelah mendapatkan pembelajaran dengan teknik kalimat acak ?
E.     Alternati Pemecahan Masalah
          Pemecahan masalah rendahnya kemampuan menulis paragraf deduktif siswa kelas VII SMP Negeri 1 Donggo, dalam penelitian ini diupayakan dengan memilih alternatif teknik kalimat acak, yakni latihan keterampilan menulis dengan menyusun kalimat-kalimat acak menjadi paragraf yang padu. Penggunaan teknik kalimat acak ini memiliki kelebihan karena pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa karena di sini siswa hanya menyusun kalimat-kalimat yang sudah ada.
F.     Tujuan Penelitian
                   Berawal dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      untuk mendeskripsikan proses pembelajaran dengan teknik kalimat acak dalam meningkatkan keterampilan menulis paragraf deduktif siswa kelas VII SMP Negeri 1 Donggo tahun pelajaran 2011/2012;
2.      untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis paragraf deduktif siswa kelas VII SMP Negeri 1 Donggo tahun pelajaran 2011/2012 setelah mendapatkan pembelajaran dengan teknik kalimat acak
G.    Manfaat Penelitian
1.     Manfaat Teoretis
            Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori pembelajaran bahasa Indonesia khususnya teori pembelajaran keterampilan menulis atau menyusun paragraf dengan menggunakan teknik kalimat acak.
2.       Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara prktis bagi:
a. siswa: penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam pembelajaran berbicara;
b.  guru: hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan oleh guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Donggo untuk mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan teknik kalimat acak sebagai salah satu alternatif pilihan teknik pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran menulis; dan
c. sekolah: hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki sistem pembelajaran bahasa Indonesia di SMP N 1 Donggo.

METODE DEMONSTRASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PROSES BELAJAR DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA …TAHUN PELAJARAN…

METODE DEMONSTRASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PROSES BELAJAR DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA …TAHUN PELAJARAN…



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
     Pendidikan bahasa Indonesia di sekolah dasar seharusnya membuahkan hasil belajar berupa perubahan pengetahuan, dan keterampilan yang sejalan dengan tujuan kelembagaan sekolah dasar. Sebagaimana dijelaskan dalam Kurikulum 1994, bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar bertujuan: (1) mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa; (2) memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi; dan (3) memberi bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya (Depdikbud, 1994).
     Dikaitkan dengan konteks pendidikan dasar sembilan tahun, maka fungsi dan tujuan pendidikan bahasa Indonesia di sekolah dasar harus pula mendukung pemilikan kompetensi tamatan sekolah dasar, yaitu pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan melaksanakan tugas atau mempunyai kemampuan untuk mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan kebutuhan daerah. Sementara itu, kondisi pendidikan bahasa Indonesia di negara kita dewasa ini, lebih diwarnai oleh pendekatan yang menitikberatkan pada model belajar konvensional seperti ceramah sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar (Suwarma, 1991; Jarolimek, 1967). Suasana belajar seperti itu, semakin menjauhkan peran pendidikan bahasa Indonesia dalam upaya mempersiapkan warga negara yang baik dan memasyarakat (Djahiri, 1993)
     Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah model metode pembelajaran demonstrasi. Yang dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di mana guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievalusi oleh guru
     Berdasarkan uraian di atas, judul yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Metode Demonstrasi Dalam Upaya Meningkatkan Proses Belajar dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa …………Tahun Pelajaran………………

B.   Rumusan Masalah         
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
  1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siwa dengan diterapkannya metode pembelajaran demonstrasi?
  2. Bagaimanakah pengaruh metode metode pembelajaran demonstrasi terhadap motivasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran demonstrasi.
  2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran demonstrasi.

D.   Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul ……………………………. yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas ………………. menggunakan metode………………. dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa kelas …………………… akan lebih baik dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya".

D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
  1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi bahasa Indonesia.
  2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran bahasa Indonesia
  3. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi bahasa Indonesia.

E. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:
  1. Penelitian inihanya dikenakan pada siswa kelas ………………………………… tahun pelajaran 2001/2002.
  2. Penelitian ini dilakukan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran 2001/2002.
  3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan…………………

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI 2 CANDI SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONFERENCE WRITING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN  SISWA KELAS VII SEMESTER 1 SMP NEGERI 2 CANDI SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONFERENCE WRITING


BAB I PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun secara tertulis. (GBPP,1993:3)
Pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang mengesankan terdapat dalam butir pembelajaran kelas VII semester I. Pembelajaran menulis masih belum banyak mendapat perhatian dari guru. Siswa pun masih kurang terbiasa untuk menulis, apalagi jika pembelajaran menulis cerepen dari refleksi kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena guru belum memberikan bimbingan kepada siswa secara maksimal. Akibatnya siswa mengalami kesulitan. Jika mendapat tugas menulis dengan menggunakan metode conference writing (menulis bersama) diharapkan siswa dapat termotivasi untuk menulis cerpen dari refleksi kehidupan sehari-hari.

1
 
Penguasaan siswa menulis cerpen dapat tercermin pada pembelajaran bercerita pengalaman yang mengesankan. Dalam hal ini peristiwa yang diceritakan belum bisa runtut. Sehingga perlu diadakan peningkatan kualitas dan kuantitas keterampilan berbahasa Indonesia.
Hal ini perlu didefinisikan bahwa kemampuan siswa menulis cerpen masih relatif rendah, indikatornya sebagai berikut : (a) siswa kesulitan menemukan ide / tema,  (b) siswa kesulitan menentukan kalimat pertama untuk memulai menulis dan (c) Siswa sering menulis kalimat kurang padu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dilakukan pada latar belakang masalah pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :Bagaimana metode conference writing (menulis bersama) dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas VII G semester I SMP Negeri 2 Candi Sidoarjo ?
Masalah tersebut dapat dirinci menjadi tiga sub seperti yang tercantum di bawah ini :
1.         Bagaimana peningkatan menulis cerpen metode conference writing (menulis bersama) dapat membantu kesulitan menemukan ide / tema ?
2.         Bagaimana peningkatan keteramplan menulis cerpen metode conference writing (menulis bersama) dapat membantu kesulitan menemukan kalimat pertama untuk memulai menulis ?
3.         Bagaimana peningkatan keterampilan menulis cerpen metode conference writing (menulis bersama) dapat membantu penulis an kalimat yang kurang padu ?
  

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahannya, penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum
Secara umum penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk menulis cerpen berdasarkan refleksi kehidupan sehari-hari dengan metode conference writing (menulis bersama) kelas VII Semester I SMP Negeri 2 Candi Sidoarjo.
Tujuan Khusus
1.      Mengembangkan keterampilan siswa untuk menulis cerpen menggunakan metode conference writing (menulis bersama).
2.      Menemukan ide-ide/tema yang disajikan melalui keterampilan menulis cerpen dengan metode conference writing (menulis bersama).
3.      Meningkatkan kemampuan siswa untuk menulis cerpen sebagai langkah awal dalam memilih kalimat yang padu

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan fokus kajiannya, maka hasil penelitian tindakan kelas  ini mempunyai manfaat umum dan khusus.
1.      Manfaat umum
Guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis cerpen sesuai dengan konsep yang terdapat pada butir pembelajaran dengan menggunakan metode conference writing (menulis bersama).

2.      Manfaat khusus.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
a.       Guru-guru di SMP Negeri 2 Candi untuk dapat meningkatkan  keterampilan menulis siswa yang diintegrasikan  dengan aspek keterampilan berbahasa yang lain maupun dengan komponen berbahasa.
b.      Guru-guru di SMP Negeri 2 Candi dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode conference writing (menulis bersama).
c.       Siswa dapat mengembangkan keterampilan menulis yang terwujud dalam keterampilan menulis cerpen.

E.  Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
1.      Penelitian dilaksanakan di kelas VII G SMP Negeri 2 Candi Sidoarjo
2.      Penelitian dilaksanakan pada semester pertama
3.      Penelitian ditekankan pada kemampuan menulis cerpen menggunakan metode conference writing (menulis bersama)

F.   Definisi Istilah

Untuk mendapatkan kesamaan arti pada penelitian ini diperlukan pendefinisian istilah sebagai berikut :
1.      Cerpen (pengertian)  : adalah bentuk karangan yang menceritakan salah satu segi kehidupan secara kronologis yang dialami oleh pelaku, dan pelaku tidak mengalami perubahan nasib.
2.      Metode adalah strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Syaifudin Bahari, 1996:84)
3.      Conference writing adalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama. Menulis dengan metode conference writing dapat membantu pengembangan menulis khususnya menulis cerpen menjadi lebih baik.

About

Powered by Blogger.

About Me

My Photo
Sambas, Kalimantan Barat, Indonesia
Pengabdian tiada henti dari sebuah desa pedalaman di ambang lintas batas negara. Selalu berkarya, berprestasi, dan berbagi untuk dunia pendidikan. Pengabdian tidak semata memperhitungkan keuntungan materi semata, bermanfaat bagi sesama selalu didepankan. Berbagi tidak terbatas waktu dan ruang...

Search